29 January 2012

Love Your Own Skin, Love Your Own Soul

Suatu hari saya jalan-jalan ke Ambarukmo Plaza bersama seorang teman. Di sebuah area, kami dicegat oleh mbak-mbak SPG berseragam hijau. Tanpa ba-bi-bu dia langsung menarik kami ke sebuah outlet yang ternyata menjual produk pemutih kulit.

Dengan cepat si mbak ini menjelaskan tentang produk yang ia tawarkan. Bagaimana cara kerjanya, efek apa yang dihasilkan dengan memakai produk tersebut, secepat apakah perubahannya, dan deskripsi padat mengenai produk yang masih awam tersebut. Bahkan tanpa segan si mbak juga mengujicobakan produk tersebut pada kulit teman saya. Hasilnya? Dalam sekejap kulit yang hitam jadi tampak putih. Wow magic.

Dan saya menulis ini bukan karena ingin menjual atau mempromosikan produk yang luar biasa menakjubkan itu *lo kate gue sales*. Bukaaaannn..

Sadarkah kita bahwa ada sebuah konstruksi yang terbentuk, tumbuh, dan berkembang di masyarakat mengenai suatu konsep -dan dengan terpaksa kita harus mengakuinya, suka tak suka- karena konsep ini sudah mendarah daging? Kasus yang sederhana adalah membicarakan soal kecantikan. Atau 'cantik'. Iklan yang beredar memaksa kita untuk mengakui bahwa perempuan yang cantik adalah mereka yang langsing, tinggi semampai, berambut panjang, lurus, dan hitam, memiliki payudara berukuran 36B (hahaha), serta berkulit putih. Just like a barbie doll.

Dan wanita-wanita di luar sana melakukan banyak cara untuk bisa menjadi 'cantik': memakai pemutih, meluruskan rambut yang keriting, diet, bahkan melakukan cara-cara yang ekstrim seperti melakukan suntik bahkan operasi. Banyak yang berasil, tapi banyak juga yang gagal. Terlepas dari berhasil atau tidaknya, sampai sekarang saya masih bertanya-tanya: haruskah mereka melakukannya?

"Beauty, to me, is about being comfortable in your own skin. That, or a kick-ass red lipstick," kata Gwyneth Paltrow. Saya lebih suka yang asli, apa adanya. Berkulit hitam tetaplah cantik. Gendut bukan berarti tidak menarik. Berambut keriting juga bukanlah suatu hal yang buruk. Lalu mengapa harus merubah diri menjadi orang lain, atau menjadi sesuatu yang dikonstruksikan orang lain? Mengapa tidak menjadi diri sendiri?

Saya percaya bahwa setiap wanita terlahir cantik dengan daya tarik masing-masing. Tak perlu mengubah diri. Jadilah orisinil dan apa adanya. Love yourself, just the way you are :)
Published with Blogger-droid v2.0.1

27 January 2012

Distance


kita saling berbicara dalam kelemahan | lantas kita tak saling menguatkan | tapi asal kau tahu, suaramu, undang seluruh dunia sisiku.

26 January 2012

Versus



 
Pernah sekali logika marah pada hati
Katanya, "Kau sudah terlalu kini!"
Logika bilang, hati sudah bertindak seenak diri
"Kita ada dalam satu, apakah tidak butuh kompromi?"
Kala itu, logika marah besar
Sedang hati, hanya bisa tersenyum dan bersabar
Coba dulu sekedar jadi baik pendengar
"Sudah marahnya?" giliran hati bertanya pada logika
Setelah hari penuh salah dan duga
"Aku. Jatuh. Cinta." bisiknya
Lantas logika tidak punya ruang bertanya
Ia kembali pada diamnya dan mencari
Makna cinta pada ragam penuh arti
Hingga matahari berterbit lagi, belum ia temu satu kata
Bisa deskripsikan maksud hati tentang cinta
Tiada, hanya
cinta, bagi logika.

Sawitry Apriati's

23 January 2012

Gong Xi Gong Xi



Happy Dragon Year. Hope this year bring lots of luck and prosperity. Saya menerima angpao dlm bentuk apapun lho :D

#1 for #100HariMenulis

Saya bukan orang yang terencana. Saya memang rajin membuat must-do-list dan sebagainya, tapi rencana-rencana yang saya buat malah jadi boomerang buat saya sendiri karena saya adalah manusia yang sangat spontan. Dan -dengan semena-mena- seluruh dunia saya paksa untuk mengetahui hal itu.

Tapi, sebuah obrolan singkat beberapa waktu lalu kembali mengingatkan saya tentang cita-cita *atau proyek* yang belum kesampaian.Proyek #100harimenulis,

Ide ini sudah ada lebih dari setahun yang lalu. Tapi saya tidak pernah kesampaian untuk melakukannya *maklum, sibuk*. Dan entah kenapa, makbedunduk, saya kembali teringat cita-cita saya ini. Kali ini harus jadi! Dan kali ini saya mengajak Cahyo, Olland, dan Sisca untuk ikut menulis hahaha.

Jadiii.. anggaplah ini pengumuman, woro-woro, pemberitahuan, supaya kalian nggak bertanya-tanya kenapa saya jadi sering menulis.Dan kenapa saya jadi sering banget nongol di timeline.

Duniaku terlalu seru untuk kubagi sendiri.
Mari berbagi, mari menulis.

Dan saya harus siap terima resiko kalau nanti saya jadi terkenal
Muahahahahaha
#eh #mintadigampar


22 January 2012

Laptopku Sayang Laptopku Malang

Layaknya handphone, laptop selalu jadi must-have item di tas saya. Kemanapun saya pergi, dia selalu menemani. Kami berselancar bersama di dunia maya, menghabiskan jam-jam malam dan bergelas-gelas kopi, menonton berpuluh-puluh film dan mendengarkan berjuta lagu, mengerjakan berlembar-lembar tugas dan paper. He is my best ever. My inspiration. (Oh by the way, his name is Buckbeak, and yeah I named my laptop)

Mungkin saya bukan majikan yang baik, karena membiarkan laptop saya si Buckbeak bekerja terlalu keras. Bayangkan, dalam sehari dia harus bekerja 12 jam lebih tanpa istirahat yang cukup. Majikan-majikan di sinetron saja sepertinya tidak sekejam itu. Kalau ada Komisi Perlindungan Hak Laptop mungkin saya sudah dituntut atas dasar penganiayaan dan pemaksaan kehendak. Alhasil laptop saya masuk rumah sakit untuk beberapa hari. Dan baru saya sadari betapa kehilangannya saya.

Saya yang biasa menghabiskan waktu bersama pacar saya si Buckbeak, kini harus rela ngelangut menahan kebosanan. "Ini salahmu sendiri, dasar bodoh," kata otak saya. Memang, saya mengakui sudah bertindak keterlaluan. Dan sudah layak dan sepantasnya untuk segera berubah (kalau tidak kejadian yang sama akan berulang. Semoga tidak :D).

Cepat sembuh nak. Jangan sakit lagi ya. Pusing gue tiap kali mondok ngeluarin tiga ratus rebu. Hahaha.

Published with Blogger-droid v2.0.1

01 January 2012

2011 Dalam Kaleidoskop Kenangan

"...Kalau saja sebuah momen dapat selamanya menjadi fosil tanpa terganggu - Maka tanpa ragu kamu akan memilih satu detik bersamanya untuk diabadikan. Cukup satu. Satu detik yang segenap keberadaannya dipersembahkan untuk bersamamu, dan bukan dengan ribuan hal lain yang menanti untuk dilirik pada detik berikutnya" | Dewi Lestari.

***

2011 adalah sebuah sebuah awal mula. Tempat semua dimulai untuk selanjutnya dipenuhi dengan suatu petualangan, dimana akhir adalah niscaya yang mungkin ada.

2011 pula adalah akhir dari semuanya. Ia menjadi tempat pelabuhan dimana kenangan-kenangan berhenti pada dimana seharusnya dia berada. 

Tidak terhindarkan awal dan akhir akan bertabrakan dan membenturkan diri satu sama lain. Pun juga saat bertemu, ia akan melengkapi bagian yang hilang dari diri mereka masing - masing. Bagian yang hilang dimana setiap awal membutuhkan akhir, dan setiap akhir bermula dari awal. Layaknya sebuah janji, disitu telah gugur satu dunia lama dan berganti menjadi sebuah dunia baru yang masih penuh labirin tak berpeta.

Akan ada  masa dimana akan gugur waktu lampau yang tergantikan oleh waktu yang baru. Di dalam masa itu pula, waktu yang baru akan menjadi sebuah titik tolak dari perjalanan hidup penuh ketidaktahuan yang harus dilewati seseorang. Dengan posisi dimana simbol awal dan akhir bersatu dalam satu satuan angka, perubahan menjadi ada dalam hidup manusia. 

Tepat pada saat kalender menghitung penuh putaran waktu sembilan belas tahun setelah kelahiran, saat itu juga akan selesai suatu waktu lampau yang telah dimiliki oleh seorang gadis kecil. Di suatu akhir itulah, hidupnya yang jauh dari dewasa telah berada pada titik akhirnya. Tak akan ada lagi masa dimana hidup selalu dipinjamkan kepada orang lain hingga ia tidak menjadi tuan bagi dirinya sendiri. 

Namun seperti layaknya sebuah permulaan, prolog baru yang menggantikan masa lampau akan menjadi suatu perjalanan panjang yang melelahkan. Hidup telah berganti dari bermain-main menjadi pemain. Seorang gadis kecil, menjadi perempuan dewasa. Seorang musafir di padang gurun yang bertahan dalam kerasnya badai pasir dan terpaan panas matahari, dengan tak jarang menemukan manisnya kurma dan segarnya oase yang ia dapat di tengah penderitaan.

Begitulah nasib dari 2011. Dimana awal dan akhir bertemu, disitu pula akan terjadi sebuah perjalanan menuju perubahan dalam hidup manusia. Warna dan lika-liku, katakanlah, telah diberikan padamu oleh yang ter-Maha. Dan ketika waktu adalah suatu misteri yang telah terberi. Manusia terjebak di dalamnya dan tak akan pernah bisa memandang jernih terhadapnya. Dalam keterjebakan itulah, kita sesekali kembali menjadi bocah yang tidak berdaya melawan perputaran sang waktu. Boleh dikatakan ini adalah dukungan untuk mensyukuri waktu yang telah kita miliki - setidaknya - meskipun kita tidak tahu berarah kemana.

***


Untuk kamu, yang menjadi kejutan pembuka tahun 2011 saya. I'm glad we're friends now, ndut! Hahaha :D



Kalian, my gorgeous rainbow. Thank God I have friends like you all *hugs*











Dan kamu, penutup yang manis di 2011 :)


***

2011 adalah sebuah perjalananan sebuah awal yang baru dapat terbukti kebenarannya saat-saat mendatang. Ada saat-saat yang hilang dan luput dari rekaman, tapi angka 2011 ini menjadi pengingat kenangan akan bagaimana dan siapa saya pada tahun ini - dan bagaimana orang-orang di sekeliling saya. Bagaimana mereka saat ini telah pergi entah kemana. Bagaimana mereka selalu muncul kembali bersama ingatan masa lalu. Dan bagaimana selalu muncul sebersit rasa rindu yang tidak terjelaskan, bahkan oleh saya.

2011 adalah hadiah sederhana dari Tuhan untuk saya, yang tidak akan pernah berkurang, dan setiap saat selalu bisa berubah maknanya. 

2011 adalah sebuah awal perjalanan menjadi dewasa, bagi saya. Terima kasih untuk kalian, yang tersebutkan dalam post ini maupun tidak. Terima kasih sudah mengawal saya menempuh awal yang baru. Sampai bertemu di 2012 :)