Showing posts with label kematian. Show all posts
Showing posts with label kematian. Show all posts

28 May 2013

After The Funeral


25 Mei 2013. Timeline twitter heboh dengan berita batalnya Lockstock Music Festival dikarenakan fee pengisi acara dibawa kabur panitia. Puluhan ribu caci maki menghiasi timeline, menyalahkan sang ketua panitia yang membawa kabur uang pembayaran pengisi acara. Kejam memang, meski kita belum tahu bagaimana kejadian sebenarnya. Tetapi sesuatu yang bernama isu yang berujung makian, yang dilakukan oleh ratusan bahkan jutaan orang memang kejam. Yes, mass is cruel.

26 Mei 2013. Timeline kembali heboh dengan kabar bahwa ketua panitia Lockstock meninggal akibat bunuh diri. Banyak yang menyalahkan. Menganggap hal tersebut adalah ganjaran yang pantas untuk sesorang yang melarikan uang segitu banyaknya. Sekali lagi, mencaci dan memaki memang lebih mudah keluar dari mulut seseorang. And once again, mass is cruel.

*berita lengkapnya bisa dilihat disini.

***

Kabar duka itu menabrak saya tiba-tiba disaat senja berakhir di peraduannya. Sebuah telepon masuk ke handphone saya disaat saya sedang berkutat dengan tepung dan adonan. Sebuah berita duka tentang kematian Mas Bobby Yoga Cahyadi alias Mas Kebo alias Mas Gogo yang merupakan kakak dari teman baik saya. Yang paling mengejutkan lagi adalah, Mas Gogo adalah ketua panitia Lockstock yang semalaman dihujat oleh jutaan pengguna twitter. Oh my God.

Saat itulah saya terdiam cukup lama. It made me think. Ketika ada salah seorang teman atau keluarga teman yang meninggal, di saat itu pula kita akan tersadar bahwa, we are not invincible. Saya selalu menganggap bahwa kematian hanya terjadi pada orang-orang dengan usia senja. Nggak mungkin seseorang akan mati umur dua puluh atau tiga puluh tahun. Too young! Dan sekarang, setelah mendengar berita tersebut, saya benar-benar tersadar bahwa "No, you are not invincible. It could be you. We never know". Umur seseorang nggak ada yang tahu akan berakhir di angka berapa.

Apalagi dengan cara seperti yang dilakukan Mas Gogo.

Saya memang tidak mengenal beliau secara dekat. Kami sempat bertemu dua kali pada Tahun Baru 2013 dan saat misa Rabu Abu Paskah kemarin. Kami tidak pernah mengobrol, bahkan mungkin tidak saling mengetahui nama masing-masing. Saya hanya mengetahui bahwa ia adalah kakak dari Renda, teman saya. 

Esoknya, saya datang ke pemakamannya.

Dan sewaktu saya datang ke rumahnya, ada teman-teman saya juga disana. Di antara teman-teman saya yang datang, ada yang nggak terlalu kenal. Ada yang mengenal sejak kecil. Ada yang teman sekelas. Ada yang teman sekampus. Ada yang pernah bekerjasama dengan Mas Gogo dalam sebuah event. Bermacam-macam orang datang kesana dan mereka memiliki satu kesamaan: they wanted to see him for the last time. They want to say goodbye. Mereka menyayangkan mengapa hidupnya harus selesai secepat itu.

Saya duduk di luar, bersama ratusan pelayat yang lain. Ada yang bilang "Sayang banget ya, padahal orangnya baik." Banyak pula yang menyayangkan mengapa ia harus mengakhiri hidupnya dengan menabrakkan diri ke kereta api yang melaju kencang. I know we shouldn’t talk about the dead pas lagi ngelayat. But I can’t help it. Menurut cerita orang-orang, Mas Gogo memang merupakan sosok yang berani dan penuh semangat. Rela berjuang dan teguh. Ia juga merupakan sosok yang sangat peduli dengan anak muda.

Duduk di antara pelayat-pelayat itu, I can’t help to wonder: gimana ya pemakaman saya nanti? Apa banyak yang datang? Apa ada yang datang? Apa yang mereka bakal bilang tentang saya? Apa kenangan yang mereka inget tetang saya? Apa ada yang rela nyetir mobil, susah-susah parkir, untuk ngeliat saya untuk terakhir kali ya? Apa iya, ada?

Kita hidup di dunia seakan-akan kematian tidak exist. Kita makan, belajar, bermain, jalan-jalan, nonton, pacaran, tanpa sekalipun punya pemikiran bahwa suatu saat nanti kita akan mati. We forget about death. Sampai akhirnya pada pemakaman Mas Gogo saya tersadar bahwa kita tidak pernah tahu kapan kita akan meninggal, dengan cara apa, dan bagaimana kita meninggal. Bayi yang belum lahir bisa saja meninggal, bagaimana dengan kita. Semua orang bisa meninggal setiap saat, tanpa kita tahu sebelumnya. God has His own plan.

Pulang dari pemakaman, saya merasa kecil. I have to make something out of life. Badan ini dipinjamkan. Setiap tarikan napas, adalah satu tarikan napas lagi mendekati kematian. Kita harus membuat lebih banyak karya, lebih banyak menikmati hidup, lebih banyak mengambil kesempatan. Hidup ini cuma sekali. Akan sangat sayang untuk kita buang begitu aja. I have to enjoy life.

Dan mungkin suatu hari nanti saya akan mati, tapi saya pengen membuat sesuatu yang nggak bakal mati.

Terlepas dari cara ia meninggal, Mas Gogo pasti meninggalkan banyak kenangan di hati orang yang mengenalnya. Ia sudah berbuat banyak. Aksinya menjadi inspirasi bagi banyak orang. Sifatnya yang pemberani menjadi bukti bahwa ia adalah pelita yang selalu menyala. Kepeduliannya terhadap anak muda adalah wujud semangatnya yang membara.

Selamat jalan, Mas Gogo. Tuhan besertamu.

Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya untuk Keluarga Besar Pak Paryadi. Mas Gogo sudah tiada, tapi semangatnya selalu ada. Ia akan selalu ada di hati semua orang yang mengenalnya. Semoga keluarga diberi ketabahan....

12 February 2012

If I Die Tomorrow


Jujur, saya takut mati.
Saya takut mati sekarang.

Beneran.

Saya takut mati dan dilupakan orang.
Saya takut mati ketika saya belum melakukan apa-apa.
Saya takut mati ketika saya belum berkontribusi pada dunia.

Kabar duka itu datang tiba-tiba di tengah pagi buta, lewat sebuah tweet yang muncul di timeline.Whitney Houston meninggal (check the news here). Begitu saya baca tweet tersebut, di saat itu pula saya terdiam cukup lama. Benarkah? Whitney Houston meninggal? Rasanya masih tidak percaya penyanyi sekaliber beliau tutup usia. Saya masih mendengarkan lagunya beberapa waktu yang lalu. Saya masih menunggu performancenya pada Grammy Award mendatang. Beberapa jam kemudian timeline facebook dan twitter sudah dipenuhi dengan ucapan belasungkawa atas meninggalnya Whitney Houston. Mereka sangat menyayangkan mengapa hidupnya harus selesai secepat itu. Dan saya akui, memang beliau sangat hebat. She's one of my favorite singer. And she's awesome. Indeed. Dan sampai sekarang saya masih berpikir "Oh shit, pasti ini hoax!".

Ternyata we are not invicible ya. Kematian adalah salah satu hal yang nggak pernah terpikirkan dalam otak saya. "Gue barusan 20 tahun. Umur gue masih panjang. Gue gak bakal mati sekarang" Tetapi kematian Whitney bikin saya sadar, bahwa bisa jadi, kita yang akan mati, besok atau entah kapan. 

Gimana jadinya ya kalau saya yang meninggal? Apakah teman-teman saya akan melayat? Apakah banyak yang datang? Apakah ada yang datang? Apa yang bakal mereka bilang tentang saya? Apakah mereka akan mengingat saya? Apakah setelah saya dikubur mereka masih akan mengingat saya? Apakah ada yang rela datang jauh-jauh hanya untuk melihat saya untuk yang terakhir kalinya? Apakah ada?

Semakin lama saya jadi ngerasa 'I'm just nothing'. Apa yang udah saya lakukan buat dunia? Whitney Houston hebat karena dia melakukan banyak hal bagi dunia, lewat menyanyi. Dan saya? What do I do?

Saya nggak mau ketika saya mati nanti saya jadi gentayangan karena saya nggak punya sesuatu yang bisa dikenang ketika saya sudah nggak ada. I wanna be something. I wanna be special. Saya harus membuat sesuatu out of life. Tangan ini harus bikin banyak karya. Otak ini harus bikin pemikiran-pemikiran yang berguna buat orang lain. Hidup ini cuma sekali, dan akan sangat useless kalau kita nggak ngapa-ngapain.

Suatu saat nanti, tentu saja saya bakal mati. Tapi saya harus membuat sesuatu yang nggak bakalan mati. Saya nggak mau dilupakan. Saya nggak mau hanya jadi semacam nama yang hilang begitu saja ketika saya udah nggak ada.

I wanna be special.
Or I want to die special.



"If I fail, If I succeed
At least I lived as I believed
No matter what they take from me
They can't take away my dignity'

Goodbye Whitney Houston. You're so special.