Showing posts with label blog. Show all posts
Showing posts with label blog. Show all posts

23 July 2014

Rerasan Tetangga

Bonjour! Selamat ya Indonesia punya presiden dan wakil presiden baru. Saya senang karena capres dan cawapres jagoan saya menang, dan senang juga karena bisa menjadi bagian dari pesta demokrasi tahun ini. Rupanya sudah lama saya nggak nulis, sampe blog ini rasanya banyak dihuni laba-laba liar. Sambil berbenah, saya mau cerita sedikit ya sambil latihan nulis. Jari-jari dan otak ini sudah kaku karena sudah lama nggak dilumasi. Kebetulan pas banget sama hari anak nasional, saya mau cerita sedikit soal anak.

Sudah beberapa hari ini saya tidur di rumah eyang. Ngga ada apa-apa sih, pengen aja. Kebetulan banget rumah eyang ada di tengah kota, jadi akses buat ngapa-ngapain dan kemana-mana lebih gampang. Ya maklum lah, rumah saya memang ada di pedalaman Sleman. Sinyal internet aja kadang ada kadang ilang. Sedih banget ya.

Di depan rumah eyang ini tinggal sebuah keluarga kecil yang punya dua orang anak. Mereka tinggal bersama nenek mereka. Sang Ayah bekerja sebagai seorang karyawan di sebuah hotel di Jogja. Sedangkan sang ibu membuka sebuah warung makan ramesan di samping rumah. Anak yang pertama baru saja masuk SMP, barengan sama adik saya yang paling kecil. Dan adiknya baru berumur sekitar 3 atau 4 tahun. Adiknya yang satu lagi masih di dalam perut, karena ibunya memang sedang hamil tua. Dengan adanya anak kecil kaya gitu, suara tangisan dan rengekan lama-lama menjadi hal yang biasa bagi saya. Gimana enggak, tiap hari dia minta dibeliin atau dibikinin sesuatu. Dan harus pake acara menangis, merengek, merajuk, banting-banting barang, duh ngeliatnya aja nggak tahan banget. Ini anak baru umur 3 tahun tapi udah banting-banting barang gitu. Gimana kalo udah dewasa. Kayak siang kemarin nih. Saya lagi laptopan di samping jendela. Ibu si anak sedang menyapu. Lalu lewatlah pedagang es krim bergerobak..

Si anak: Ibuukkk..es krim
Namun si Ibu tetap cuek dan melanjutkan pekerjaannya.
Merasa permintaannya tidak diacuhkan, si anak mulai menangis dengan keras. Lebih tepatnya merengek, merajuk. Dan berlari mendatangi ibunya yang sedang menyapu.
Si anak: buuukk..es krim
Si ibu tersenyum, lalu berkata “Nggak..”

Merasa ditolak, si anak menjadi berang. Lalu dengan sengaja ia meninju perut ibunya yang sedang hamil tua. Si ibu terdiam sesaat, memegangi perutnya, lalu berlari masuk ke dalam rumah. Rupanya ia kesakitan karena perutnya ditinju anaknya. Si anak juga berlari mengikuti sambil terus meninju ibunya, sambil merengek, merajuk, menangis dengan keras. Mungkin karena tidak tahan dengan suara tangisan, akhirnya si anak itu dibelikan es krim juga. Tangis berganti menjadi senyum girang. Apa yang diinginkan sudah didapatkan.

Saya terperangah. Tapi hanya bisa diam. Pemandangan yang aneh sekali menurut saya. Menurut saya, apa yang dilakukan si anak terhadap ibunya sudah kelewatan. Memukul ibu bagi saya adalah tindakan yang kurang baik. Bukan kurang, tapi sangat tidak baik. Menyakiti seseorang secara fisik, meskipun dilakukan oleh seorang anak kecil, meskipun juga dilakukan oleh atau kepada ibunya sendiri, bukanlah sebuah hal yang baik. Saya paling nggak suka kalau ada anak kecil yang menangis, merengek, merajuk, lalu memukul-mukul ibu atau ayahnya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Iyuh banget. Dan memukul ibu yang sedang hamil sampai ia kesakitan juga sungguuuhhh bukan tindakan yang baik. Herannya sih, ibunya cuma diem aja. Cuma bilang ‘jangan gitu yaa’ trus anaknya dibelai-belai gitu deh. Tetangga saya, yang juga ngeliat hal itu cuma bilang “Nek aku nduwe anak koyo ngono wis tak tapuki kuwi, wis tak seneni entek-entekan. Ngawur e, bahaya tenan.”

Kedengarannya jahat ya, tapi saya setuju. Tindakan seperti itu sudah membahayakan keselamatan si ibu dan bayi di kandungannya. Kalo tiba-tiba ketubannya pecah gimana? Kalo terjadi sesuatu sama bayinya gimana? Kalo pendarahan gimana? Kalo bayinya cacat gimana? Kalo meninggal gimana? Aduuhh amit-amit deh jangan sampe kejadian. Tapi memang ibunya nggak boleh diem aja kan. Kelihatannya jahat kalo orang tua marahin anaknya, bahkan mungkin sampe bentak-bentak. Tapi kalo ngga gitu, si anak nggak bakal sadar kalo dia udah ngelakuin hal yang bisa menyakiti bahkan membahayakan orang lain. Kalo nggak dimarahin, mungkin dia nggak bakalan tau kalo dia sudah melakukan suatu kesalahan. Kalo nggak dimarahin, dia nggak bakalan berubah.


Karena mungkin saja dia akan melakukan hal yang sama. Mungkin tidak sekarang. Mungkin nanti setelah dia dewasa. Mungkin nanti setelah dia punya istri. Dan mungkin juga melakukannya tanpa rasa bersalah, karena dulu dia pernah melakukan hal yang sama dan didiamkan saja. Terus kalo kayak gitu harus nyalahin siapa?

Karena si ibu diam saja, dan saya juga nggak bisa berbuat apa-apa (iyalah siapa gueeee), yaudah akhirnya saya lanjut laptopan aja. Sambil berdoa semoga nggak ada orang tua lain yang kayak gini. *fiuh*

03 May 2014

Quote: People In Our Life



"There are people we meet in life who miss being important to us by inches, days, or heartbeats. Another place or time or a different emotional frame of mind and we would willingly fall into their arms; gladly take up their challenge or invitation. But as it is, we encounter them when we are discontent or content and they are not. Whatever they are, we are not and vice versa. Two trains going in different directions that pass for a few powerful moments at full speed, blasting noise and wind but then they are gone. Whatever serious chemistry might have been possible if, isn't."
- Jonathan Carroll

18 March 2014

Hi, Hey, Hello!



"Oscar Wilde said that if you know what you want to be, then you inevitably become it - that is your punishment, but if you never know, then you can be anything. There is a truth to that. We are not nouns, we are verbs. I am not a thing - an actor, a writer - I am a person who does things - I write, I act - and I never know what I am going to do next. I think you can be imprisoned if you think of yourself as a noun."



26 February 2014

Si Shit Yang Menjadi Sweet

19 Februari 2014 kemarin menjadi hari yang tidak terlupakan bagi saya. Pertama, hari itu adalah peringatan meninggalnya eyang kakung. Sudah tujuh belas hari tepatnya eyang menghadap Sang Maha Kuasa. Saya masih ingat dengan jelas, eyang meninggal waktu saya TK karena memang sudah tua. Selain itu, eyang juga tidak bisa melihat karena terkena penyakit glaukoma. Saya tidak ingat bagaimana rasanya pada waktu itu karena saya baru berumur 5 tahun. Tapi kejadian pada waktu itu masih tergambar jelas di kepala saya, terlebih dulu setiap hari sabtu setelah pulang sekolah saya selalu diantar Bapak untuk menginap di rumah eyang, dan dijemput pada Minggu sorenya. Setelah eyang kakung meninggal, kebiasaan itu perlahan sirna.

Ah, sudahlah. Saya yakin sekarang Eyang bahagia di surga. Dan saya selalu berdoa untuknya.

Nah, alasan kedua mengapa 19 Februari menjadi hari yang tidak terlupakan bagi saya adalah: hari ini dua teman baik saya wisuda. Yang satu adalah Ana ‘Yayuk’ Martiana, dan yang satunya adalah Anastasia Herlina alias ‘kembaran’ saya. Sejak masuk kuliah, saya dengan Ana cukup dekat. Kami sering dolan bareng, wisata kuliner, foto-foto, titip-titipan absen, pinjam-pinjaman catatan, dan tak lupa adalah berkaraoke bersama. Dan sekarang dia wisuda duluan mendahului saya. I’m so happy and proud of you bos bro!! (Cumlaude meen.. Standing applause!!)


Saya juga berbahagia dengan wisuda ‘kembaran’ saya, Lina. Yah, meskipun hampir semuanya sama (this is so weird,  meskipun bukan kembar beneran tapi banyak hal yang mirip,  bahkan model hp dan tv pun sama), sepertinya wisuda kita tak sama. Bagi saya tak mengapa, saya turut berbahagia. Dan semoga saya segera menyusul besok Mei yaa..


Di balik hiruk pikuk wisuda, tidak sengaja saya bertemu dengan teman lama.

“Woooyy mbak.. ngapain ke kampus?”
“Ya apa lagi. Ketemu dosen dong. Mumpung wisuda gini pasti dosen-dosen pada dateng.”
“Emang skripsinya belom selesai?”
“Ngece! Ya belom lah. Kalo udah juga ngapain ke kampus nyariin dosen.”
“Kirain.. Kamu sih mbak, angkatan tua tapi gak lulus-lulus. Adik angkatanmu aja udah banyak yang wisuda. Masa kalah sama angkatan bawah.”
“Asemik!!”

Awal perbincangan kami di dalam lift tersebut membawa kami pada obrolan panjang. Dia memang kakak angkatan saya, beberapa kali kami mengambil mata kuliah ulangan yang sama. Setelah itu dia menghilang selama hampir dua tahun. Dengar-dengar ia sekarang bekerja pada sebuah instansi yang cukup besar. Sambil duduk di ruang tunggu dosen, ia mulai bercerita soal uneg-unegnya, keluh kesahnya yang tidak pernah diceritakannya pada saya. Tentang dunia kerjanya yang menjadi fokus perhatiannya sekarang, tentang bagaimana ia berjuang sedemikian keras sehingga mencapai posisi atas, tentang kegiatan-kegiatan organisasi yang dijalaninya dan dilakukannya dengan sepenuh hati, dan juga tentang skripsinya yang tak kunjung selesai padahal sudah lebih dari dua tahun berlalu sejak ia mulai mengerjakan proposal.

Mendengar cerita itu, rasanya seperti mendengarkan cerita tentang diri saya sendiri.

Saya membutuhkan hampir dua tahun untuk menyelesaikan skripsi. Setengah tahun pertama, saya mulai mempersiapkan penelitian yang akan saya lakukan. Hasil obrolan dengan ibu membuat saya mendapat ide penelitian. Tidak sulit, berawal dari obrolan di sebuah warung makan, topik itu bermula. Kebetulan saya juga sudah mengambil mata kuliah yang membahas mengenai topik tersebut. Lengkaplah sudah.

Tapi itu baru awal.

Saya mencoba menemui beberapa teman yang saya rasa memahami permasalahan yang saya maksudkan tersebut. Tapi semakin banyak berdiskusi, saya semakin bingung. Akibat kebingungan saya, akhirnya saya menghadap dosen dan menceritakan fenomena yang ingin saya teliti tersebut. Tampaknya Bapak dosen juga tidak begitu paham dengan apa yang saya kemukakan, jadi beliau menyuruh saya untuk langsung membuat proposal penelitian.

Mati!!

Saya kembali ke rumah dan menceritakan permasalahan saya pada Ibu. Tentu saja, ibu saya langsung menyuruh saya untuk segera membuat proposal agar saya bisa segera menghadap dosen dan mulai bimbingan. Hampir semalaman saya berdiskusi dengan ibu, yang ada saya justru semakin bingung.

Saya datang ke perpus dan membaca buku A. Saya menemukan bahwa teori A tidak relevan dengan fenomena yang saya teliti. Lalu saya berganti buku B, ternyata teori C lebih tepat digunakan untuk penelitian saya. Hal tersebut berulang-ulang dan pada akhirnya saya tidak mendapatkan apa-apa. Buku-buku yang saya baca tidak lagi berguna.

Satu bulan...

Dua bulan...

Tiga bulan...

Empat bulan...

Beberapa bulan kemudian..

Saya mulai merasa lelah karena apa yang saya kerjakan tidak kunjung selesai. Saya juga merasa jenuh karena saya tidak beranjak kemana-mana dan pembahasan saya masih stuck di hal yang sama. Setiap kali memandang tumpukan draft proposal, rasanya ingin menghela nafas berat dan berharap tumpukan kertas tersebut dapat menghilang seketika.

Kemudian, seakan Tuhan menjawab doa saya, tiba-tiba ada tawaran untuk bergabung pada beberapa organisasi. Saya tanpa pikir panjang langsung mendaftar dan menjadi bagian dari organisasi tersebut. Harapan saya tidak muluk-muluk, supaya rasa stuck saya pada skripsi dapat teralihkan dengan kegiatan-kegiatan organisasi. Kebetulan sekali, program organisasi tersebut sangat saya sukai dan saya benar-benar ingin terjun total dalam organisasi tersebut.

Benar saja.

Hal tersebut menyita waktu saya. Pagi hari saya ke perpustakaan dengan membawa laptop, meminjam setumpukan buku dan meletakkannya di samping laptop saya. Tapi yang saya lakukan selama di perpus bukanlah mengerjakan skripsi, melainkan browsing dan chatting dengan teman-teman saya. Hal itu saya lakukan hampir setiap hari, dari pukul 9 pagi sampai pukul 12 siang. Jam 1 saya akan pulang atau makan siang bersama teman atau pacar. Setelah itu pulang dan beristirahat sebentar. Mulai pukul 7 malam, dengan bersemangat saya akan keluar dari rumah untuk beraktifitas di organisasi yang saya ikuti. Kadang kegiatan tersebut baru berakhir pukul 11 atau 12 malam. Hampir setiap hari.

Bagaimana rasanya? Tentu saja senang dong! Selama beberapa bulan saya menikmati senangnya berorganisasi dan berkegiatan sana sini, tanpa menghiraukan skripsi saya lagi. Saya yakin pacar dan orangtua saya pasti sudah geleng-geleng kepala melihat kelakuan (dan keras kepalanya) saya waktu itu. 

Lalu bencana itu datang...

Dosen Pembimbing Skripsi tiba-tiba menghubungi saya dan menyuruh saya untuk segera menghadap beliau. Duh, mati iki rek. Skripsiku nanggrok berbulan-bulan. Mana stuck begitu. Demi kelancaran bimbingan, akhirnya saya berkonsultasi pada ibu. Yang ada malah saya dimarahi habis-habisan. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Tapi untunglah akhirnya saya menemukan jalan keluar. Karena saya tidak juga menemukan titik temu dari permasalahan yang ingin saya teliti, akhirnya saya memutuskan untuk merubah semuanya dan memulai dari awal. Toh sama saja, daripada saya stuck dan akhirnya tidak mendapatkan hasil apa-apa.

Jadilah saya harus berjuang setengah mati untuk menemukan topik baru yang sesuai dengan keinginan saya. Juga harus berjuang setengah mati untuk tune-in lagi pada sesuatu yang sudah lama saya tinggalkan. Sulit memang, apalagi untuk mengembalikan mood saya yang lama hilang.

Demi melancarkan skripsi saya, akhirnya saya memutuskan untuk kerja rodi. Melepas semua kegiatan organisasi dan tetek bengeknya, termasuk ketika godaan untuk mulai crafting muncul lagi.

Demi skripsi, saya rela memangkas habis aktifitas-aktifitas saya di luar kegiatan skripsi. Setiap hari saya ke perpus dari jam 9 dan benar-benar mengerjakan skripsi. Tak jarang saya harus jadi orang pertama yang datang dan menjadi orang terakhir yang pergi. Setelah itu saya pulang ke rumah dan melanjutkan aktifitas saya tersebut hingga larut malam. Saya hanya akan keluar rumah jika tujuannya adalah ke perpustakaan untuk mencari bahan-bahan skripsi atau ke kampus menemui dosen pembimbing atau ke tempat-tempat yang dapat membantu saya lebih cepat menyelesaikan skripsi. Bahkan seringkali saat kencan dengan pacar pun masih juga mengobrolkan topik skripsi. Buku-buku literatur tebal yang tadinya jadi 'bantal' pun menemani saya setiap hari. Juga bergelas-gelas kopi agar saya tetap terjaga.

Sulitnya bukan main. Apalagi jika godaan datang silih berganti. Organisasi memanggil saya dengan sebuah tugas baru. Lalu ada kursus ini itu yang ingin saya lakukan. Lalu godaan untuk berkaraoke atau bermain-main dengan teman-teman. Semua itu saya tahan agar kebodohan saya di masa lampau tidak terulang. Lebih mudah bagi saya untuk meninggalkan saja skripsi itu. Tapi saya tetap harus mengerjakan skripsi itu kan? Mau tidak mau saya harus menyelesaikannya kalau saya masih berniat untuk lulus dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Saya percaya pengorbanan saya akan berbuah manis.
Lihat besok deh, kalau sudah pendadaran.
Hehehe.

#WishMeLuck

01 February 2014

Feeling Twenty-Two


Source: here


I am officially twenty two today!!

Sangat berterimakasih pada Tuhan atas delapan ribu tiga puluh hari alias dua puluh tahun yang telah diberikan. 
Yang pada setiap harinya tentu saja saya tidak selalu bisa memahami hidup dengan baik.
Hari ini adalah akhir dan juga awal, I am closing twenty one and starting twenty two. Pada setiap episode kehidupan yang telah diputar dan para pemeran, saya sangat sangat bererimakasih. Kalian membuat saya menjadi seperti sekarang.

I am grateful I have people (family, friends, and boyfriend) to share all that I am with. 
I enjoy life, and I delight in learning from it, and siphoning from it everything it has to offer.
And a lot of things I do today have been 22 years in the making.
And still, I don’t think I’m there just yet…but there is no doubt that I’m very close. This Close!

Thanks again to everyone who wished me a happy birthday.  It was just another reminder of the overwhelming support that I have enjoyed even from over thousands of miles away.  I had no idea that so many people would go ahead and send me a message, it meant a lot to me so thank you very much!


*Maaf lagi nggak bisa nulis proper hehe. Will be back very soon with another post. Cheers ;)*



21 January 2014

To Be A Mother




Saya tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya menjadi seorang ibu. Bahkan ketika sekarang saya sudah memasuki masa dimana saya sudah harus mulai nyicil mempersiapkan pernikahan, saya tetap tidak bisa membayangkan seperti apa rasanya. Bagaimana nanti jika sudah berkeluarga, bagaimana jika nanti hamil dan punya anak, bagaimana nantinya saya dengan keluarga suami saya, bagaimana saya dengan masyarakat, apakah saya harus menjadi ibu rumah tangga full time atau saya harus mengejar karir. Membayangkannya saja sudah membuat saya mengernyitkan alis. Getting married sounds so scary, for me.

Mungkin saya yang terlalu berlebihan. Atau mungkin saya terlalu banyak menonton acara gosip atau sinetron di televisi. Tapi rasanya menjadi seorang ibu itu mengerikan.  Yes, mungkin saya yang terlalu berlebihan.

Ibu saya adalah seorang ibu yang nggak mau ribet. Bukan tipe ibu-ibu yang seneng belanja, baik ke mall atau ke pasar. Bukan tipe ibu-ibu yang rajin dan pintar memasak dan suka bereksperimen dengan berbagai resep masakan (harus saya akui, masakan bapak lebih enak daripada masakan ibu :D). Bukan ibu-ibu yang suka dandan. Dan tentu saja bukan ibu-ibu yang suka nonton acara gosip dan suka nangis kalo nonton sinetron. Ibu saya jauh dari gambaran ibu-ibu ideal masa kini. She said 'Aku bukan ibu-ibu mainstream'.

Ibu saya adalah seorang dosen di sebuah universitas swasta di Kota Yogyakarta. Sehari-hari beliau bekerja dari pagi hingga sore (tapi untungnya masih punya banyak waktu untuk keluarganya). Ibu saya lebih suka pakai kaos oblong, celana jeans, dan sepatu boot daripada memakai rok span dan blazer yang kinyis-kinyis. Urusan make up, ibu saya nggak mengenal yang namanya eyeshadow dan mascara. Cukup bedak dan lipstick berwarna merah terang. 

Ibu sendiri mengakui bahwa dirinya bukan ibu-ibu kebanyakan, bukan ibu-ibu idaman, dan dalam urusan mengurus rumah tangga, beliau bukan panutan yang baik :p.

Duh.. jadi besok aku harus berguru pada siapa?

Terbiasa hidup dengan ibu yang nyentrik membuat pikiran saya menjadi nyentrik juga hahaha. Lewat perbincangan dengan ibu, saya mendapat banyak gambaran mengenai hidup berkeluarga; bagaimana kita tetap harus menjadi diri kita sendiri, bagaimana kita tetap harus melakukan hal-hal yang kita sukai, bagaimana kita harus tetap berkarier, untuk mengejar cita-cita, untuk berkarya, dan yang paling penting adalah bagaimana mendapatkan karier yang bagus sekaligus juga dekat dengan keluarga.

It's not easy, though.

Kalau saya pribadi sih pengennya tetap berkarir. Percuma dong kuliah sampai S1 tapi nggak memanfaatkan ilmu yang didapat. Saya pengen berkarya dan bisa menginspirasi banyak orang. Tapi saya juga pengen berkeluarga - pengen punya anak(-anak) dan pengen ngerasain gimana ribetnya jadi ibu rumah tangga. Tapi tapi tapi..eh..kayaknya belum siap juga sih.

Makanya saya selalu kagum sama ibu rumah tangga full time. Bangun tidur sampai tidur lagi ngurusin keluarga. Rutinitas yang selalu sama, gitu-gitu doang, dan dilakukan sejak menikah sampai tua. Apa nggak bosen ya? Kalau saya sih sudah pasti bakalan bosen abis. Hahahaha. 

Menjadi ibu kok kayaknya berat ya. Berbagai macam pikiran dan ketakutan datang silih berganti di benak saya. Bisakah saya melewati ini semua? Bisakah saya nantinya menjadi ibu yang baik, istri yang baik, dan wanita karir yang baik pula? Mungkin jawabannya baru bisa saya temukan tiga atau empat tahun lagi. Ketika saya (akhirnya) berani memutuskan untuk berkeluarga.

Sekarang ngurusin skripsi dulu aja deh, biar cepet pendadaran.

18 January 2014

Hello, Hello F-KTV!

Waktu kecil, saya punya cita-cita jadi penyanyi terkenal. Semacam Sherina Munaf. Gara-garanya setiap sore saya selalu dengerin radio yang muterin lagu anak-anak, dan waktu itu yang paling sering direquest adalah lagunya Sherina. Saya langsung jatuh cinta sama dia. Suaranya ding maksudnya. Saya mulai koleksi posternya, kasetnya, VCDnya, apapun yang berhubungan dengan Sherina. Termasuk ketika dia main film, saya juga dengan senang nonton berkali-kali dan menirukan adegan-adegannya bersama teman-teman SD saya dulu.

*Duh jadi geli sendiri kalo inget*

Kekaguman saya pada Sherina nggak cuma sampai disitu. Saya mulai pengen jadi seperti dia. Jadi penyanyi cilik yang tenar kayak dia. Waktu itu di pikiran saya terlintas anggapan bahwa 'kalo aku mau jadi penyanyi kayak Sherina, aku harus sering-sering latihan nyanyi." Suara saya sebenernya nggak jelek-jelek amat sih, tapi ya masih bagusan Sherina *yaeyalah*. Jadi saya berpikir untuk terus latihan demi bisa jadi penyanyi kayak Sherina.

Demi bisa mewujudkan cita-cita saya, setiap pagi saya konser - eh latihan nyanyi - di kamar mandi. Saya menggunakan gayung atau pasta gigi sebagai mic untuk saya bernyanyi. Hahahaha kalo inget-inget jadi geli sendiri. Tapi emang waktu itu saya niat banget sih pengen jadi penyanyi, jadi berbagai cara saya lakukan. Sorenya juga sama. Konser di kamar mandi, lanjut mendengarkan siaran radio anak-anak *tentunya saya akan menyanyi di setiap lagu yang saya kenal*, dan malamnya pun demikian - masuk kamar, pintu ditutup, radio dinyalakan, lalu saya akan berkaraoke menggunakan mic botol minuman. Aduh duuhhh..

Sampai sekarang sih sebenernya masih pengen jadi penyanyi.
Tapi saya sadar kalau suara saya nggak bagus-bagus amat. Jadi saya cuma berani nyanyi di karaokean. 

Karaoke jadi hobi saya yang baru bersama teman-teman. Kalau pas lagi suntuk atau bete, atau pengen refreshing, pasti larinya ke karaokean. Bisa nyanyi lagu yang disuka, bisa teriak-teriak sambil joget sepuasnya tanpa ada yang ngetawain, dan pastinya karaoke bikin hati senang dan gembira. Kalau lagi galau, nyanyi di karaokean juga bikin tambah galau. Hahaha.

Waktu jaman kuliah, saya punya jadwal karaokean bareng temen-temen. Setiap hari Selasa kami akan berkeliling Jogja untuk mencoba tempat karaoke yang oke dan harganya terjangkau buat mahasiswa seperti kami. Sampai akhirnya, ada sebuah tempat karaoke baru yang dibangun di Jogja: Hello F-Ktv yang ada di lobby Hotel Merapi Merbabu, Seturan.

Hello F-Ktv jadi semacam angin surga bagi kami para aktivis karaoke (sebutan para penggila karaoke seperti saya dan teman-teman). Pertama, Hello F-Ktv ini tempat paling kece buat karaokean. Roomnya banyak, luas, dan designnya mewah banget. Kece abis pokoknya. Nih saya kasih teasernya:

Small Room yang designnya kece abis. Muat 6 orang loh
Medium Room yang designnya mewah banget. Muat 8 orang
VVIP Room! Gosh this is awesome

Keren-keren kan? Pastinya oke banget kalau dijadiin background foto, karena hasilnya pasti kece badai. 

Alasan kedua kenapa Hello F-Ktv jadi tempat karaoke yang wajib didatangi adalah HARGANYA MURAH BANGET BRO! Buat karaokean dengan design room mewah dan sound yang mantab, harga segitu tuh murah banget. Nggak nyesel deh pastinya kalau karaokean disana. Saya aja baru nyoba sekali dan ketagihan buat kesana lagi bareng temen-temen. Apalagi Hello F-Ktv sering ngadain promo-promo dan diskon. Makin cinta deh saya sama tempat karaoke yang satu ini.

Pricelist Hello f-ktv
Pernah punya pengalaman mengecewakan  membuat saya hati-hati dan aware banget buat memilih tempat karaoke. Kadang suka kesel sama tempat karaoke yang soundnya bagus tapi pelayananya jelek banget. Bikin males kesana lagi. Apalagi kalau harganya mahal. Duuhh say NO deh buat tempat karaoke kayak gitu. Untungnya, Hello F-Ktv beda dari yang lain. Pekerja disini ramah-ramah banget dan menyenangkan. Servicenya cepet dan memuaskan. Mereka juga selalu senyum tiap kali papasan atau ketemu di lobby. Suka deh sama yang beginian, bikin nggak bosen dan betah buat lama-lama di Hello F-Ktv. Mbak-mbak dan mas-masnya juga dengan senang hati motoin saya dan teman-teman yang narsis dan pengen foto dimana-mana hihihi.

Buat saya, nggak ada alasan untuk nggak kembali lagi ke Hello F-Ktv. Selain pelayanannya memuaskan, harganya murah, dan tempatnya mewah banget. Bikin siapapun terkesima dan seneng kalo pas karaokean disini. Duh jadi pengen karaokean deh. Yuk, siapa mau ikut ke Hello F-Ktv?


15 December 2013

Selamat Tidur, Anakku




“Hari sudah malam.
Matahari sudah lama tidur.
Bulan sudah tinggi.
Begitu pula dengan bintang di langit.
Kau masih menonton pertandingan bola dengan ayahmu.
Kalian berteriak senang.
Rupanya tim bola kesukaan kalian menang lagi.
GOOOLLLL
Senyum itu masih juga menyambangi wajahmu bahkan ketika kau bersiap tidur
Dengan semangat, kau bercerita sambil menyikat gigimu
Lalu berganti piyama yang sudah kusiapkan sejak tadi di tempat tidur
Kau masih saja berceloteh
Tentang petualanganmu mengejar layang-layang
Tentang film kesukaanmu yang tak pernah bosan kau tonton
Tentang hadiah yang diberikan ayahmu saat ia pulang kerja
Aku pun tersenyum.
Aku bahagia jika kau bahagia

Malam ini
Akan kuiringi tidurmu
Dengan alunan musik dari radio
Tchaikovsky, The Beatles, John Mayer, bahkan Rhoma Irama
Dan akan kubacakan dongeng pengantar tidur kesukaanmu
Kisah tentang tiga babi kecil dan seekor serigala
Kita akan berbagi peran
Kau yang jadi babinya, dan aku akan berperan sebagai serigala
‘tok tok tok, babi kecil, bolehkah aku masuk’ dengan suara berat kutirukan serigala itu
Kau pun akan tertawa gelak-gelak
Dalam hati aku tersenyum
Senang rasanya jika kau tertawa
Bersamaan dengan berakhirnya cerita, kau pun tertidur
Kukecup keningmu dan kuselimuti kau supaya tidurmu nyenyak
Lalu kumatikan lampu dan kututup pintu kamarmu
Selamat tidur sayang, semoga tidurmu nyenyak
Semoga bermimpi indah”

Sayup-sayup terdengar suara lain. Suara ibuku
“Bangun nduk!  Jangan tidur di meja. Tugasmu itu udah selesai belum?”

20 November 2013

When You Try Your Best But You Don't Succeed



Saya sudah membayangkan,
pada hari ini saya akan bangun pagi-pagi sekali lalu berangkat ke make up artist langganan keluarga saya. Lalu berdandan dengan make up semi pale dan kebaya warna hitam hasil rancangan saya sendiri. Pukul tujuh saya akan bergabung dengan teman-teman lain di Graha Sabha Pramana, sudah berbaju lengkap dengan jubah dan toga. Selama beberapa jam kemudian saya akan menikmati saat-saat membosankan sekaligus mendebarkan dalam hidup saya (karena moment ini hanya terjadi sekali dalam seumur hidup saya), menunggu nama saya dipanggil dengan penuh kesabaran. Dan ketika nama saya disebut, saya akan maju ke depan dengan penuh percaya diri dan dengan mantab menerima gelar S.Sos itu di belakang nama saya.

Tapi... 

Hal itu tidak terjadi. Tidak pada hari ini.

Cita-cita saya untuk dapat wisuda di Bulan November rupanya tidak dapat terwujud. Rencana yang sudah saya rencanakan tidak dapat berjalan sesuai dengan keinginan. Sedih? Iya. Kecewa? Sedikit. Kesal? Mungkin. Lalu saya mulai menyalahkan diri sendiri. Menyalahkan waktu yang berlalu begitu cepat. Menyalahkan kesenangan yang membelenggu saya sehingga saya terlena untuk waktu yang lama. Dan tentunya menyalahkan diri saya sendiri, mengapa saya harus mengikuti keinginan duniawi sehingga melupakan apa yang menjadi kewajiban saya, menyelesaikan skripsi

Proses saya dalam mengerjakan skripsi bisa dibilang lambat. Sangat lambat. Saya sudah memiliki topik sekitar satu tahun lalu. Dari hasil mengobrol dengan ibu di sebuah warung makan, saya menemukan topik yang menurut saya menarik untuk diteliti: tentang bagaimana masyarakat bisa tertarik pada mobil bernama Avanza sehingga mobil tersebut bisa menjadi 'mobil sejuta umat'. Hal tersebut terlintas karena kami melihat banyaknya mobil dengan merk tersebut yang berseliweran di jalan. Dengan segera saya memutuskan topik tersebut untuk menjadi bahan skripsi saya.

Waktu berjalan, rupanya hal itu hanya menjadi wacana. Saya memang gegabah karena memutuskan untuk mengambil topik tersebut tanpa memikirkan lebih jauh, apakah saya bisa mengerjakan skripsi dengan topik tersebut, apakah saya benar-benar tertarik dengan topik itu, dan apakah saya blend dengan topik yang saya pilih.

Ternyata tidak.

Selama beberapa minggu, bahkan bulan, saya terkatung-katung tanpa progress. Bingung mau mengerjakan apa. Bingung apakah yang ingin saya teliti tersebut sesuai dengan hati saya (karena menulis adalah soal hati, bukan? *ngeles*). Dan bingung apakah saya bisa menyelesaikan topik yang saya teliti tersebut. Sampai akhirnya saya menyadari bahwa saya sudah tertinggal jauh. Perbincangan dengan teman baik saya, Dewi membuka mata saya akan banyak hal, yang sudah sejak lama saya tinggalkan. Dan saya sudah terlambat. Sangat sangat terlambat.

Dengan tertatih, saya mencoba mengumpulkan serpihan semangat yang hilang. Lalu memberanikan diri untuk memulai sesuatu yang baru, untuk menulis skripsi dengan topik yang baru. Topik yang benar-benar saya inginkan. Saya sudah cukup sering menulis dan hal tersebut bukanlah hal yang sulit bagi saya. Tetapi ternyata saya menemukan sesuatu, bahwa menulis skripsi tidaklah semudah menulis artikel atau menulis blog. Skripsi membutuhkan konsistensi dan ketelatenan. Berhubung saya ini bosenan, topik skripsi yang saya pilih seharusnya adalah topik yang benar-benar saya sukai dan mempunyai chemistry yang kuat dengan diri saya sendiri. 

Tidak mudah untuk melakukan hal tersebut. Saya sudah menulis proposal dan sudah mengajukan proposal tersebut pada dosen. Menggantinya dengan yang baru bukanlah hal yang mudah. Saya harus mengulang dari awal, membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakannya lagi. Belum lagi saya harus menghadapi dosen dan belum tentu beliau bersedia membimbing saya dengan topik saya yang baru. Berbagai asumsi muncul dalam pikiran saya, tetapi akhirnya saya memutukan untuk 'YA! I CHANGED MY TOPIC' dengan segala konsekuensinya. Termasuk jika pada hari ini saya tidak dapat wisuda.

"This life is pretty sounds like your hair… My hair, everyone’s hair. When they grow healthy and beautiful, you keep them on. But sometimes they just went wrong and dry, damaged, hurting… You just cut them off. You need to, right? In relationship, love and friends and dreams. Just believe that even you cut them for many times, they will keep growing when you let them to."
-from Clara Devi’s blog LuceDale.

Saya belajar menerima kekalahan saya, karena kesalahan saya sendiri. Tetapi saya belajar, bahwa saya harus berani membuat perubahan. Saya harus berani 'memotong' sesuatu yang salah demi sebuah perubahan baru yang lebih baik. Meskipun saya harus mengulang dari awal, meskipun saya harus bersusah payah lagi, saya percaya bahwa akan ada hal baik yang menanti saya di depan. Sekarang adalah waktunya mewujudkan keinginan saya itu. Dan saya akan memastikan pada kesempatan kali ini saya akan berjuang dengan keras dan tidak akan menyerah begitu saja. Semoga bukan sekedar kata-kata. Saya memang pernah melakukan kesalahan, tetapi saya belajar untuk bangkit lagi dan berjuang untuk kesempatan berikutnya. Semoga bulan Februari besok saya yang akan diwisuda. Amin dong ya. Semoga Tuhan merestui rencana saya itu hehehe.

Anyway, happy graduation my dear friends Khalida Noor, S.Sos., Umi Latiefah, S.Sos., Happy Kurniawati, S.Sos. Chasing a dream requires efforts, passion and hard work. You are now in the half way. Keep up your good work and continue to strive! May God’s graces be with you as you step ahead towards your dreams. Keep the courage as you face new challenges in life. Congratulations! We are proud of you! :')

Dan semoga saya segera menyusul. Besok Februari. Amin!

Happy Graduation guys! Congrats. Happy for you xoxo


Xoxo

18 November 2013

Quote Of The Day


Perjuangan selamanya mengalami menang dan kalah, silih berganti. Kalau kau menang, bersiaplah untuk kalah, dan kalau kau kalah, terima kekalahan itu dengan hati besar, dan rebutlah kemenangan.

(Larasati - Pramoedya Ananta Toer)

30 October 2013

Love's Lookin' Good On You


I knew right away from the very first kiss
That it doesn't get much better than this
We fit just like a favorite pair of jeans
We just keep coming back for more
Like two kids in a candy store
Now I know what everybody means
When they say

Love, love, love's lookin' good, good, good on you

:D

24 September 2013

Gunung Api Purba Nglanggeran: Tales Of An Ancient Age


Source: www.seribubintang.com

Cantik ya? Ternyata bukan cuma saya yang terkagum-kagum ngeliat indahnya gunung api purba ini. Dari kejauhan ia kelihatan tinggi menjulang dan berwarna  kemerahan terkena sinar matahari. Saya sudah membayangkan, kalau dari luar saja sudah wow begini, pasti di puncak jauh lebih jebret cetar membahana. Keinginan buat camping disana sebenernya udah cukup lama terpendam. Tapi baru kesampaian kemarin jumat. Dan WOW!! Saya harus mengakui kalau Gunung Api Purba Nglanggeran benar-benar jebret!! 

Sudah sejak tahun lalu saya kenalan dengan Nglanggeran. Waktu jaman KKN - kebetulan banget lokasi KKN saya cuma di bawah Nglanggeran, sekitar 10 menit dari Nglanggeran - setiap kali saya turun ke Jogja pasti lewat Nglanggeran. Begitu juga pas balik ke pondokan. Pemandangan Nglanggeran ketika diterpa matahari senja tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Aduhai cantik dan menawan.

Sebenernya rencana untuk camping di Nglanggeran sudah tersusun rapi sejak tiga minggu yang lalu. Semua peralatan kemah udah disiapkan. Udah pinjem sleeping bag, tenda, beserta kompor portablenya. Pokoknya all is set dan tinggal cuss aja. Tapi oh ternyata manusia cuma bisa berencana dan kesibukanlah yang bikin rencana itu gagal. Tiga minggu mundur dari rencana, akhirnya kemarin jadi juga kesana. Horeee!!

Gunung Api Purba Nglanggeran adalah sebuah gunung api purba yang sudah tidak aktif lagi. Umurnya sekitar 60 juta tahun. Gunung ini terletak di Kawasan Baturagung, bagian utara Kabupaten Gunung Kidul pada ketinggian sekitar 200-700 mdpl. Lumayan tinggi ya. Koordinat GPS (lokasi): S7°50'28" E110°32'29". Suhu udara Nglanggeran rata-rata 23°C - 27°C. Lumayan dingin sih, jadi kalau mau kesana pada malam hari mending bawa jaket yang tebal. Lokasi berjarak tempuh 20 km dari kota Wonosari dan 25 km dari kota Yogyakarta.

Akses ke Nglanggeran relatif gampang. Ada dua jalur buat kesana. Yang pertama adalah jalur naga (I named it by myself hihihi) karena jalur yang ini lebih panjang kalau dibandingkan sama jalur yang satunya. Kalau dari Jogja, bisa menyusuri Jalan Raya Wonosari, melewati Bukit Bintang, lalu sehabis Radio GCD FM belok kiri (kalau nggak salah ada plangnya sih. Coba dilihat). Ikutin aja jalannya yang panjang dan berkelok-kelok. Melewati desa, kebun coklat, dan tower-tower TV. Nglanggeran akan terlihat menjulang tinggi. Jauhnya akan terbayar dengan pemandangan sawah dan gunung yang cantik. Kalau lewat jalur naga ini nilai positifnya adalah bebas asap kendaraan bermotor. Serius deh, lewat Jalan Wonosari itu rasanya kayak masuk ke tanki pengasapan. Asap tebal dan hitam bikin pernafasan nggak enak.

Jalur yang kedua adalah jalur semut (lagi-lagi ngarang nama sendiri). Jalur yang ini lebih cepet dari jalur yang pertama. Jalannya sih lurus-lurus aja. Dari Bukit Bintang, ikutin aja terus Jalan Raya Wonosari, nggak pakai belok-belok, sampai Bunderan Sambipitu. Dari bunderan itu, belok ke kiri (kayaknya sih ada plangnya juga). Lurus terus ngikutin jalan. Pokoknya nggak pakai belok-belok nanti bakalan sampai di Nglanggeran. Kalau jalur yang ini sih tanjakannya lumayan aduhai. Jadi pastikan kendaraan dalam kondisi yang oke ya. Tapi kalau saya sih lebih milih jalur naga aja. Walaupun panjang dan lama, tapi lebih enak dan nyaman.


Kawasan Nglanggeran konon katanya adalah kawasan yang litologinya disusun oleh material vulkanik tua. Bentang alamnya secara geologi sangat unik dan bernilai ilmiah tinggi. Menurut beberapa referensi, Gunung Nglanggeran ini dinyatakan sebagai gunung api purba. Bahkan umurnya jauh lebih tua dari umur Gunung Merapi lho. Gunung Nglanggeran terbagi menjadi beberapa bagian (tempat khusus) dan berada di satu kawasan, yaitu: Gunung Kelir, Sumber Air Comberan, Gunung Gedhe, Gunung Bongos, Gunung Blencong, Gunung Buchu, Tlogo Wungu, Tlogo Mardhido, Talang Kencono, Pamean Gadhung dan juga terdapat Kawah Merapi Purba. Gunung yang litologinya tersusun oleh fragmen material vulkanik tua ini memiliki dua puncak yakni puncak barat dan puncak timur, serta sebuah kaldera ditengahnya. Saat ini Gunung Nglanggeran berupa deretan gunung batu raksasa dengan pemandangan eksotik serta bentuk dan nama yang unik dengan beragam cerita rakyat sebagai pengiringnya. Gunung-gunung tersebut biasanya dinamakan sesuai dengan bentuknya, seperti Gunung 5 Jari, Gunung Kelir, dan Gunung Wayang.  Menurut warga Dusun Tlogo Mardidho yang ada di Puncak Nglanggeran hanya boleh dihuni oleh 7 kepala keluarga. Jika kepala keluarga yang tinggal di dusun ini kurang atau lebih maka akan terjadi hal-hal buruk yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, jika anak-anak mereka sudah berkeluarga maka keluarga baru tersebut harus meninggalkan Dusun Tlogo Mardhido.

Untuk dapat masuk (naik) ke Nglanggeran, pengunjung harus membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000,00 saja. Untuk yang akan kemping, uang yang harus dikeluarkan sebesar Rp 7.000,00. Tiket belum termasuk biaya parkir (sekitar Rp 2.000,00). Harga yang relatif murah ya, apalagi pemandangan yang didapat aduhai indahnya. 

Source: Detik Travel

Pesan sponsor



Mengawali pendakian, ada bangunan Joglo (Pendopo Joglo Kalisong) di pintu masuk, dan nantinya bakal ada tiga bangunan gardu pandang sederhana dari ketinggian yang rendah, sedang sampai puncak gunung. Perjalanan menuju puncak Nglanggeran bukan perjalanan yang mudah. Medannya lumayan terjal dan menanjak. Beberapa kali saya dan teman-teman harus melewati celah sempit dan terjal. Kami juga harus melewati tangga kayu yang terletak persis di tengah dua batu besar. Pada bagian tertentu terdapat jalur pendakian yang sangat sempit. Hal ini dikarenakan jalur pendakian tersebut berada di himpitan batuan. Sehingga tidak semua orang bisa melalui jalur pendakian tersebut, hanya orang-orang yang berbadan kurus yang bisa melewatinya. Untuk orang yang memiliki badan yang cukup gemuk akan kesulitan melewatinya, sebab jarak himpitan atau celah batu tersebut lebih kurang setengah meter atau tigaperempat meter. Panjang jalur celah sempit bantuan tersebut lebih kurang 5 meter dan setelah itu kembali ke jalur biasa layaknya jalur pendakian sebelum masuk ke jalur sempit tersebut. Benar-benar pengalaman yang tidak terlupakan. Bahkan saya hampir mau pingsan (hampiiiirrrr) karena tidak terbiasa dengan medan. Maklum saya malas berolahraga hihihi. Tapi pemandangan yang didapat di atas sungguh indah. Jadi begini rasanya jadi pendaki ya. Harus bersusah-susah dulu di awal untuk mendapatkan sesuatu yang indah. 

Salah satu objek yang menarik dari Gunung Nglanggeran adalah Sumber Mata Air Comberan. Menurut warga sekitar di sumber air ini terdapat larangan bagi wanita yang sedang menstruasi tidak boleh mengunjungi sumber mata air comberan. Air di Sumber Comberan diyakini dapat membuat awet muda jika digunakan untuk mencuci muka. Setelah pendakian yang memakan waktu 1 hingga 1,5 jam, Anda akan tiba di puncak barat Gunung Nglanggeran, Gunung Gede. Pemandangan indah yang memanjakan mata pun menyambut. Sejauh mata memandang yang terlihat hamparan awan di ketinggian, jajaran gunung batu dengan bentuk yang unik, perkampungan warga, serta hijaunya sawah dan ladang. Saat senja menjelang, Kota Jogja akan terlihat laksana lautan kunang-kunang. Taburan cahaya bintang dan gemerlap lampu kota yang terlihat dari kejauhan menjadi pemandangan romantis bagi siapa saja yang berkemah di gunung ini. 

Kami berkemah selama semalam. Cuaca cukup dingin dan mendung datang silih berganti. Padahal hari itu purnama sedang cantik-cantiknya dan pas berada di tengah. Tidak ada bintang-bintang yang menghias langit. Sedikit kecewa tapi gapapa lah. Semua terbayar dengan cantiknya si gunung purba ini. Dari atas gunung, pemandangan cantik di bawah kelihatan seperti permadani hijau. Kalau kita memandang ke bawah, kita bisa melihat ladang, kebun, dan tower-tower pemancar televisi yang jumlahnya cukup banyak.






Nama Nglanggeran konon berasal dari kata planggaran yang bermakna setiap perilaku jahat pasti ketahuan. Ada pula yang menuturkan, nama bukit berketinggian 700 meter di atas permukaan laut ini dengan kata langgeng artinya desa yang aman dan tentram. Selain sebutan tersebut, gunung yang tersusun dari banyak bebatuan ini dikenal dengan nama Gunung Wayang karena terdapat gunung/bebatuan yang menyerupai tokoh pewayangan. Menurut kepercayaan adat jawa Gunung Nglanggeran dijaga oleh Kyi Ongko Wijaya dan Punakawan. Punakawan dalam tokoh pewayangan tersebut, yakni Semar, Gareng, Petruk, serta Bagong. Kepercayaan lain menyebutkan bahwa Gunung Nglanggeran sebagai Gunung Wahyu karena gunung tersebut diyakini sebagai sarana meditasi memperoleh wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa. Air dari gunung Nglanggeran sering diambil abdi dalem dari Kraton Yogyakarta sebagai sarana mohon ketentraman dan keselamatan semua masyarakat DIY. Tak heran, sebagian orang masih mengeramatkan gunung tersebut. Pada malam tahun baru Jawa atau Jumat Kliwon, beberapa orang memilih semedi di puncak gunung ini.



Semalam di Nglanggeran rasanya tidak cukup. Enggan sekali meninggalkan indahnya tempat ini. Masih banyak lokasi yang belum dijelajahi. Kapan-kapan saya harus kesini. Lagi dan lagi! :)



Tales Of An Ancient Age
Yogyakarta 20-21 September 2013,
Franseska Chicha

10 September 2013

The Storm


 "Kadang-kadang nasib ibarat badai pasir kecil yang terus menerus berubah arah. Kau mengubah arahmu tetapi badai pasir itu terus mengejarmu. Kau berbalik, badai itu tetap mengikutimu. Kau melakukan hal yang sama terus menerus, seakan menari-nari dengan kematian menjelang fajar. Mengapa? Karena badai ini bukanlah sesuatu yang bertiup dari kejauhan. Bukan sesuatu yang tidak ada hubungannya denganmu. Badai ini adalah dirimu sendiri. Sesuatu yang ada dalam dirimu. Jadi yang dapat kau lakukan hanyalah menyerah, masuk ke dalam badai itu, menutup mata serta telingamu, sehingga pasirnya tidak dapat masuk, lantas berjalan melewatinya langkah demi langkah. Tidak ada matahari, tidak ada bulan, tidak ada petunjuk, tidak ada waktu. Hanya pasir putih yang berputar-putar naik ke angkasa laiknya tulang-belulang yang hancur lebur. Itulah badai pasir yang mesti kau bayangkan."

"Dan kau benar-benar harus mampu melewati badai yang hebat itu. Tak peduli berapapun hebatnya badai itu, jangan sampai salah: ia akan sanggup menembus tubuhmu seperti seribu silet tajam. Orang-orang akan berdarah, dan kau pun akan berdarah. Darah yang merah dan panas. Kau akan mengusap darah itu dengan kedua tanganmu, darahmu sendiri dan darah orang lain. Dan begitu badai berenti, kau tidak akan ingat bagaimana kau telah melewatinya, bagaimana pula kau mampu bertahan. Malahan sebenarnya kau tak yakin badai itu sudah benar-benar berhenti. Tapi satu hal yang pasti, setelah kau berhasil keluar dari badai itu, kau tidak bakal menjadi orang yang sama. Itulah tujuan dari badai tersebut."

(Kafka On The Shore - Haruki Murakami) 

 
 
 


05 September 2013

Perfect Selfishness


"...I'm looking for selfishness. Perfect selfishness. Like, say, I tell you I want to eat strawberry shortcake. And you stop everything you're doing and run out and buy it for me. And you come back out of breath and get down on your knees and hold this strawberry shortcake out to me. And I say I don't want it anymore and throw it out the window. That's what I'm looking for"
"I'm not sure that has anything to do with love," I said with some amazement.
"It does," she said. "You just don't know it. There are times in a girl's life when things like that are incredibly important."
"Thinks like growing strawberry shortcake out the window?"
"Exactly. And when I do it, I want the man to apologize to me. 'Now I see, Midori. What a fool I've been! I should have known that you would lose your desire for strawberry shortcake. I have all the intelligence and sensitivity of a piece of donkey shit. To make it up to you, I'll go out and buy you something else. What would you like? Chocolate mousse? Cheesecake?'"
"So then what?"
"So then I'd give him all the love he deserves for what he's done."
"Sounds crazy to me."
"Well, to me, that's what love is. Not that anyone can understand me, though." Midori gave her head a little shake against my shoulder. "For a certain kind of person, love begins from something tiny or silly. From something like that or it doesn't begin at all."



-from Haruki Murakami's Norwegian Wood-

04 September 2013

September Lullaby


I met you in the city of the fall
One September night
We sat down on the table near the wall
Where conversation flows

I wonder if I could stay for a while, you see
Its been a while since I felt this way
But, we both now time is closing in
Till I’ll be gone
You’ll be too
On that night I saw you walked away
(On that night I let you walked away)

I left you in the city of the lights
That breeze September night
We walk down the road to the end
I wished the time stood still


Photo: Alfon Darmawan
Words: Lyric by Adhitia Sofyan - September

02 September 2013

Hello September


Month of August is already over. Starts of the month of September. Wow, how time flies so fast, seems a month was over in just a snap.

September is already here. Ber month is already started wherein in fee months Christmas is here. Looking forward for something great this month could offer. Hoping for something better this month in-store for everyone of us. 

As of the moment, the start of September here seems to be fine so far. The weather is fine and nice, the sun is up in the sky so bright but not so hot. Nice weather to walk, to wash clothes which I plan to do today, just fine enough to do things outside. 

Have a great September you all. Let's enjoy the bubbling

30 August 2013

Adalah Kamu


Huruf melahirkan paragraf, menjadi lembaran, hingga menjadi satu buku.
Bahkan satu buku pun tak mampu membendung hasrat pena menari.
Menulis, melukis, mengungkap gempar rasa gegap gempita.
Rasamu, rasaku, rasa waktu menghadapi kita berdua.
Kubiarkan pena memulai kisahnya, memaparkan lembaran yang kusut, membagi cerita yang kita dekap erat.
Membiarkan sejenak untuk kita bernafas, mencoba mengingat, dan membiarkan oksigen menyeruak. Membius.
Huruf menjelaskan maknanya, pena menuliskan fungsinya.
Mengurai alfa hingga zero, hingga kita berdua dan mereka dapat membaca bersama.
Kisah cinta selalu menarik untuk dinikmati.
Dan cukup manis untuk bersama kita bagi.
Biar pena melanjutkan tugasnya
Memulai awal sebuah perkenalan
Antara aku dan kamu.
Kamu menemukan aku duduk diam bersama bisu
Bergelut bersama panca indera
Si mulut tak dapat berucap, namun berbisik pelan kudengar hati berkata
Aku melihat kamu adalah masa depan dan cerita
Goresan garis yang membentuk gambar, hingga pada satu waktu aku tahu pasti ada maknanya
Tanpa mengenal kata amatir, kita bebas membentuk
Memadukan sejuta spektrum warna
Menimbun tanda baca tanya, mengapa cinta lebih rumit dari logaritma?
Karena ia ambigu.
Di lain waktu, satu detik aku mampu mencerna arti cinta itu.
Kita bukanlah yang baik dan bukan yang terbaik
Tetapi cukup tangguh untuk menikmati tiap bagian dalam satu arena pertempuran
Konfrontasi rasa menghasilkan slide asa
Membangun kerapuhan dengan kesadaran yang masih tersisa
Itu semua sudah terserak jauh, bukan menjadi keping dan bulir
Namun menjadi molekul terkecil
Cukup puas kita saling meremuk redam, untuk mencapai titik tertinggi ego manusia
Kau tak perlu bertanya, aku tak perlu menjawab
Emosi hanyalah refleksi
Dari seribu satu alasan akan ketakutan kehilangan
Dari seribu satu alasan karena kita sedang belajar
Mempelajari apa yang kita benci
Karena seribu hal yang kubenci darimu adalah kekuatan untuk bertahan tiap detiknya
Untuk belajar melihat, memahami, hingga aku mampu mengerti.




Dan pada saat itu
angkasa saja akan tahu,
kalau kita adalah satu.
Lalu kini, biarkan segala apa adanya,
biarkan melaju dan sederhana.
Karena kini, surga itu sudah di sini.
Tinggal bagaimana dunia nanti.
Ya, ruang lingkupku, dunia tak berujungku,
adalah kamu.
Dan waktu,
ia akan jadi saksi bisu,
ia akan jadi pengingat dunia
bahwa cinta itu ada
dan salah satunya adalah kita.


Happy 3rd Anniversary, Alfonsus Probo Darmawan.
I love you :')

28 August 2013

Happy August

Hi! Howdy everyone? I hope you had a great time. August flies so fast ya, nggak kerasa udah di ujung bulan aja. Dan saya pun belum juga menyempatkan diri untuk menulis di blog (maupun menjamah skripsi – karena kendala urusan administrasi. Biyasaaa). Many things had happened lately. Good or bad, happy and sad, but it’s life right? We have to enjoy the upside down. 

Dewi and her boyfie, Harjo
I would like to express my happiness for my best friend Ratna Dewi Nurjannah, or now Ratna Dewi Nurjannah, S.Sos. So proud of you maaaak!! Jadi inget jaman dia ngejar-ngejar aku buat cepetan nyelesaiin proposal skripsi, termasuk menyarankan untuk minta Pak Prapto jadi dosen pembimbing, dan banyak banget nasehat dan saran dan masukan yang udah dia kasih. I owe you mak. Dan sekarang, ngeliat dia wisuda tuh rasanya seneeeng banget. I’m so happy for you.

I pray for your  better future. Semoga apa yang dicita-citakan selama ini bisa terwujud. Semoga bisa langgeng terus sama Harjo. Dan no more galau-galauan lagi yes.

Terus berjuang dan berusaha. Tapi jangan lupa berdoa.
Dan doain aku nyusul besok November ya mak. Hihihi
Cheers :D

16 July 2013

Quote Of The Day

"And once the storm is over you won't remember how you made it through, how you managed to survive. You won't even be sure, in face, whether the storm is really over. But one thing is certain. When you come out of the storm you won't be the same person who walked in."

Goodbye, Louie





12 July 2013, the day Louie back to his home.

Louie, thank you for being my best friend. 
Thank you for being part of my family. 
Thank you, for stay in our side for almost three years.
You're such a good-messy-fluffy-naughty monsterboy,
but you gave us cheer and smile

Rest in peace my beloved Louie. 
I'll miss you but I know you'll find peace in heaven. 
Good bye
We love you very much

So hard to face that you're gone now..
:((